Posts

Showing posts from May, 2018

Namaku Pram: Showing the Writer’s Blessings in Disguise

Image
Photo credit: Dia.Lo.Gue Art Space Kemang Born in Blora in 1925, Pramoedya Ananta Toer was a pure Javanese who dedicated his life and mind to Indonesia. His writings which are full of cold criticisms toward the governments and the Javanese feudalism – which based on his thought was the thing that hold back the Javanese from modern development – made his writings were banned for public consumption and also resulted him to spend half of his life isolated in some rural islands. He was no person of a luck, he had gone through a couple of isolations and desperations before he could publish his phenomenal novels and writings which eventually made the eyes of the world turned to him and made him be acknowledged as the most thoughtful author that Indonesia has ever had. The life of Pramoedya Ananta Toer was coming in the form of notes, archives and letters which were frankly displayed on the Namaku Pram: the Notes and Archives exhibition held at Dia.Lo.Gue Art Space Kemang, South Ja...

Namaku Pram: Catatan Sastrawan Bertangan Dingin

Image
Photo credit: Dia.Lo.Gue Art Space Kemang Memulai hidup di Blora pada tahun 1925, Pramoedya Ananta Toer yang merupakan seorang Jawa tulen yang mendedikasikan hidup dan pikirannya kepada Indonesia. Tulisannya yang terkenal penuh dengan kritik dingin terhadap pemerintah dan feodalisme Jawa membuat beberapa karyanya dilarang untuk dibaca publik dan membuat Pramoedya menghabiskan hampir separuh hidupnya dalam pengasingan. Meskipun perjalanan hidupnya hingga menghasilkan karya-karya fenomenal tidaklah mulus, pada akhirnya Pramoedya adalah sastrawan terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Kehidupan Pramoedya Ananta Toer yang tertuang dalam catatan dan surat dipaparkan secara gamblang dalam pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip yang diselenggarakan di Dia.Lo.Gue Art Space Kemang, Jakarta Selatan sejak tanggal 17 April hingga 20 Mei 2018 lalu. Didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, pameran ini menampilkan sosok Pram sebagai penulis dan sebagai seorang dokumentator I...

Hunger is an object: The Hunger Angel oleh Herta Muller (ID)

Image
A review in Bahasa Indonesia Sebuah novel yang ditulis berdasarkan cerita nyata Oskar Pastior, yang membantu Herta Muller menciptakan latar dari novel ini. Novel ini terbagi menjadi 64 chapters yang menceritakan kehidupan seorang Romanian-German yang dideportasi ke kamp konsentrasi di Uni Soviet (sekarang Rusia). Sebagai salah satu novel yang terfokus pada masa Perang German-Soviet, the Hunger Angel mendokumentasikan ketidakmanusiawian pasca-perang sebagai sebuah risiko yang harus diterima oleh setiap manusia yang berasal dari ras Jerman. Novel ini bersanding dengan novel lainnya dengan topic yang sama, seperti Fatelessness oleh Imre Kertesz, Gulag Archipelago oleh Solzhenitsyn dan Night oleh Wiesel. Leo Auberg, seorang Jerman yang tinggal di Romania, dijemput di rumahnya oleh the Red Army, untuk dibawa ke kamp konsentrasi di Rusia. Leo dideportasi pada musim dingin tahun 1945, pada saat perang berakhir. Sebelumnya, pada tahun 1944 Romania telah mengkudeta dan mengeksekusi d...

Hunger is an Object: The Hunger Angel by Herta Muller (EN)

Image
A review in English A novel written based on a true story of Oskar Pastior, a poet who lived just long enough to give Herta Muller the background of the novel. This novel is consisted of 64 chapters which tells a story of a German who was deported to a concentration camp in Soviet Union (now Russia). As one of the novels which takes place in the middle of German-Soviet War, the Hunger Angel is documenting the inhumanity in exploiting the Germans in a forced-labor as the payback for damages caused by the war. There are a bunch of novels with similar background such as Fatelessness by Imre Kertesz, Gulag Archipelago by Solzhenitsyn and Night by Wiesel, but the way Herta Muller carries on the story in The Hunger Angel and plays with readers’ emotion is one of a kind. Leo Auberg, an ethnic German living in Romania, was picked up by the patrols from his home to be transported to the concentration camp located in Russia. Leo was deported in winter 1945, just after the war had e...